A.
Efek Samping Sistemik
a.
Insufisiensi adrenal akut/krisis adrenal
Penggunaan
yg lama(>2 minggu) dan penghentian secara mendadak dapat menimbulkan
inusifiensi adrenal akut.
b.
Habitus Cushing
Kortikosteroid yang
berlebihan akan memicu katabolisme lemak sehingga terjadi redistribusi lemak di
bagian tertentu tubuh. Gejala yang timbul antara lain moon face, buffalo hump,
penumpukan lemak supraklavikular, ekstremitas kurus, striae, acne dan
hirsutism.
c.
Hiperglikemia dan glikosuria
Karena kortikosteroid
(glukokortikoid) berperan dalam memetabolisme glukosa yaitu melalui peningkatan
glukoneogenesis dan aktivitas enzim glukosa-6-pospat
d.
Penurunan absorpsi kalsium intesinal
Penelitian menunjukkan
bahwa betametason serta prednison menyebabkan penurunan absorpsi kalsium di
intestinal dalam jumlah signifikan.
e.
Keseimbangan nitrogen negatif
Kortikosteroid juga
menyebabkan mobilisasi asam amino dari jaringan ekstrahepatik, yang digunakan
sebagai substrat untuk glukoneogenesis. Hal ini menyebabkan tingginya kadar
asam amino dalam plasma, peningkatan pembentukan urea, dan keseimbangan
nitrogen negatif.
f.
Mudah terkena infeksi
Efek antiinflamatik ini
terjadi melalui mekanisme salah satunya penekanan aktifitas fosfolipase
sehingga mencegah pembentukan prostaglandin, prostasiklin, tromboksan dan
leukotrien. Penekanan sistem imun ini bermanfaat untuk menghentikan reaksi
peradangan, namun dapat memudahkan pasien terkena infeksi.
g.
Tukak peptik
Tukak peptik merupakan
komplikasi yang kadang-kadang terjadi pada pengobatan dengan kortikosteroid.
h.
Osteoporosis (steroid-induced osteoporosis)
ortikosteroid dapat
menurunkan kadar Ca2+ dalam darah dengan cara menghambat pembentukan
osteoklast, namun dalam jangka waktu lama malah menghambat pembentukan tulang
(sintesis protein di osteoblast) dan meningkatkan resorpsi sehingga memicu
terjadinya osteoporosis.
i.
Miopatik
Katabolisme protein
akibat penggunaan kortikosteroid yang dapat menyebabkan berkurangnya massa
otot, sehingga menimbulkan kelemahan dan miopatik.
j.
Psikosis
Kemungkinan hal ini
terjadi karena adanya gangguan keseimbangan elektrolit dalam otak, sehingga
mempengaruhi kepekaan otak.
k.
Hiperkoagubilitas darah
Hiperkoagulabilitas darah
dengan kejadian tromboemboli telah ditemukan terutama pada pasien yang
mempunyai penyakit yang memudahkan terjadinya trombosis intravaskular.
l.
Pertumbuhan terhambat
Mekanisme terjadinya
melalui stimulasi somatostatin, yang menghambat growth hormone. Selain itu
kortikosteroid menyebabkan kehilangan Ca2+ melalui ginjal, akibatnya
terjadi sekresi PTH yang meningkatkan aktivitas osteoklast meresorpsi tulang.
Kortikosteroid juga menghambat hormon-hormon gonad, yang pada akhirnya
menyebabkan gangguan proses penulangan sehingga menghambat pertumbuhan.
m.
Peningkatan tekanan darah
efek retensi sodium yang
mengakibatkan retensi air dan peninggian tekanan darah.
n.
Glaukoma (steroid-induced glaucoma)
Diduga terdapat defek
berupa peningkatan akumulasi glikosaminoglikan atau peningkatan aktivitas
respons protein trabecular-meshwork
inducible glucocorticoid (TIGR) sehingga menyebabkan obstruksi
cairan. Selain itu bukti lain mengisyaratkan terjadi perubahan sitoskeleton
yang menghambat pinositosis aqueous humor atau menghambat pembersihan
glikosaminoglikans dan menyebabkan akumulasi.
B.
Efek Samping Topikal
a. atrofi,
b. striae atrofise
c. telangiektasis
d. purpura
e. dermatosis akneformis
f.
hipertrikosis setempat à pertumbuhan rambut dalam
tubuh yang jumlahnya dianggap abnormal.
g. hipopigmentasi
h. dermatitis peroral
Efek Epidermal
- Penipisan epidermal yang disertai dengan peningkatan aktivitas kinetik dermal, suatu penurunan ketebalan rata-rata lapisan keratosit, dengan pendataran dari konvulsi dermo-epidermal. Efek ini bisa dicegah dengan penggunaan tretinoin topikal secara konkomitan.
- Inhibisi dari melanosit, suatu keadaan seperti vitiligo, telah ditemukan. Komplikasi ini muncul pada keadaan oklusi steroid atau injeksi steroid intrakutan.
Efek Dermal
Terjadi penurunan sintesis kolagen dan
pengurangan pada substansi dasar. Ini menyebabkan terbentuknya striae dan keadaan
vaskulator dermal yang lemah akan menyebabkan mudah ruptur jika terjadi
trauma atau terpotong. Pendarahan intradermal yang terjadi akan menyebar dengan cepat
untuk menghasilkan suatu blot hemorrhage. Ini nantinya akan terserap dan membentuk
jaringan parut stelata, yang terlihat seperti usia
kulit prematur.
Efek Vaskular
- Vasodilatasi yang terfiksasi. Kortikosteroid pada awalnya menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh darah yang kecil di superfisial.
- Fenomena rebound. Vasokontriksi yang lama akan menyebabkan pembuluh darah yang kecil mengalami dilatasi berlebihan, yang bisa mengakibatkan edema,inflamasi lanjut, dan kadang-kadang pustulasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar